Sampai saat ini, Palet Kayu ini masih menjadi pilihan utama, karena begitu populernya Palet  kayu kualitas ekspor ini, sehingga membutuhan pengawasan yang ketat.  

Aturan untuk perpindahan kemasan kayu harus di atur dalam Badan Karantina Nasional, yang bertanggung jawab terhadap pengawasan kemasan kayu antar negara. Badan Karantina Nasioanal ini wajib memastikan tidak adanya serangga yang terdapat dalam kemasan kayu yang akan di ekspor.

Sehingga tidak terjadi penyebaran dan perpindahan penyakit/hama  antar negara, Untuk itulah badan karantina ini wajib memberikan klarifikasi dan pertanggung jawaban kepada organisasi kesehatan dunia (WHO) jika terjadi kesalahan karantina tersebut. 

Untuk memastikan pengawasan itu maka dibentuk badan standarisasi harus dipenuhi setiap provider/pembuat kemasan kayu tersebut. Sehingga mudah menelusuri jika terjadi kesalahan. Karena Setiap provider diberikan kode ID yang berbeda sebagai identitas.

Adapun standarisasi dunia yang menjadi syarat bagi eksportir dalam menggunakan kemasan kayu ini salah satunya IPPC (International Plant Protection Convenstion) atau ISPM#15, yang mengatur tentang perlakuan terhadap kemasan kayu sebelum dinyatakan layak diberangkatkan melalui pelabuhan.

Apa hubungannya dengan organisasi dunia WHO? Hal ini sudah di jelaskan sebelumnya, karena adanya antisipasi pengendalian perpindahan hama antar negara. Oleh karena itu,  setiap negara memiliki satu Badan Karantina yang wajib melakukan inspeksi terhadap kelayakan standar kemasan kayu tersebut, dan tentunya jika terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian standar pengemasan, maka Badan Karantina tersebut pun akan memulangkan produk (tidak hanya kemasan) dan bahkan mengenakan sanksi pencabutan ijin ISPM#15 guna mencegah kemungkinan terjadinya pencampuran hama dari negara lain di negara mereka. 

Berikut sekilas tentang spesifikasi dan ukuran-ukuran palet yang diberlakukan dari berbagai negara